Komunitas Ibu Main STrEAM, apaan tuh?
Penulis: Anggita Al Masithoh
Itulah kata-kata yang sempat terlintas ketika melihat "Woro-woro Pembukaan KIMS Batch 2". Kebetulan sepupuku yang saat ini sedang tinggal di Jepang, memuat info itu diakun instagramnya.
Saat itu, belum ada bayangan seperti apa sepak terjang komunitas ini. Apakah ini hanya sebatas komunitas untuk ajang seru-seruan? Apa fokus dan misi utama komunitas? Pertanyaan itu muncul begitu saja di benak Ibu.
Seserius itu ya Ibu satu anak ini berpikir. Ya, karena sebaik-baiknya berkomunitas adalah komunitas yang memberi manfaat. Manfaat bagi siapa? Bagi komunitas itu sendiri dan penghuninya.
Kuberanikan untuk bertanya langsung ke sepupuku. Kebetulan sepupuku sudah bergabung dengan KIMS Batch 1. Setelah mendengar ceritanya dan berusaha menulusuri sendiri, seketika Ibu ini berbinar. Fokus KIMS adalah untuk memaksimalkan potensi anak dalam bermain STEAM & menerapkannya di berbagai lini.
Baiklah, ini tentang anak. Mengembangkan anak sebagai prioritas dan Ibu sebagai penyokong utama. Kusatukan niatku untuk mantap melangkah belajar bersama KIMS demi anaku kelak.
Orientasi
Waktu yang ditunggu akhirnya tiba. Nama Ibu termasuk dalam kandidat calon Ibu Main STrEAM Batch 2. Kenapa kandidat? Karena akan ada orientasi yang perlu ditempuh. Orientasi ini semacam warming up bagi Ibu untuk menilisik kembali apa yang sebenarnya saat ini sedang terjadi di dunia pendidikan kita. Dimanakah posisi anak kita saat ini? Apakah Ananda sudah memiliki keterampilan yang dibutuhkan manusia di abad 21? Ibu kembali diingatkan, bahwa zaman berkembang, tuntunan peran manusia di abad ini berubah. Mereka yang dapat menyesuaikan dengan pola kemajuan zaman yang dapat bertahan. Ini alasan terbesar Ibu mengapa akhirnya memilih sungguh-sungguh menuntaskan orientasi.
Berkenalan dengan STrEAM.
Orientasi adalah saat dimana Ibu mengosongkan tangki pengetahuannya dan bersiap meluruh menerima ilmu-ilmu yang berbau STEAM. Yah, kami diberikan ilmu seputar STEAM yang begitu berharga.
Dari pengetahuan kami yang dangkal terkait STEAM, kami diajak untuk mengasah kemampuan melihat potensi berkegiatan STEAM yang ada disekitar. Kami diberitahun bahwa STEAM adalah singkatan dari Sains, Technology, Engineering, Art, Math. Rumah Main STrEAM menambahkan unsur "r" tradisional dalam penerapannya. Aku pernah tahu tentang STEAM sebelumnya, namun rasanya tidak akan selengkap ini jika belum mendengar dari praktiksi yang sudah sangat berkompeten di bidangnya. Di sini Ibu diberikan bekal bagaimana cara mengaplikasikan STrEAM di lapangan. Ini adalah hal yang utama, karena akan berbeda tatkala kita belajar sendiri dengan ketika belajar dari sang Maha Guru langsung. Kami para Ibu pun dibekali dengan amunisi Metode ABC. Metode yang sangat diperlukan untuk membangkitkan daya kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi sang buah hati.
Tidak hanya itu, kami Ibu Main STrEAM pun diberikan pengetahuan tentang pentingnya menghargai karya orang lain. Melek HAKI, hal yang terdengar sepele, namun begitu menjadi penentu kualitas seorang Ibu.
Perlahan kegiatan STrEAM kami perkenalkan kepada buah hati. Banyak aha moment selama berkomunitas, pelan-pelan kami turunkan dalam aktivitas sehari-hari.
Kegiatan bermain yang semula biasa saja, kini lebih bermakna. Anak mulai terlihat antusias jika mendengar kata percobaan, bahkan seringkali menagih dan mempersiapkan percobaan sendiri ketika Ibunya belum bertanya.
Kreativitas, Berpikir Kritis, Kemampuan Berkolaborasi, & Berkomunikasi merupakan hal yang mendasari STrEAM dibutuhkan menjadi kemampuan dasar anak di abad 21. Bayangkan, saat ini sudah ada tenaga yang tergantikan oleh robot dalam menopang kegiatan di kehidupan sehari-hari. Peran mesin dan robot di kehidupan kian mendekat dan akan semakin merajai di saat anak-anak kita bertumbuh.
Tugas orangtua menyiapkan dan memfasilitasi supaya anak dapat berdaya dan tidak punah ketika tiba saatnya ia harus terjun ke dunia yang sesungguhnya. Karena Kemampuan 4C (Creativity, Communicative, Collaboration, Critical thingking) tersebut tidak akan muncul dengan sendirinya, tanpa adanya stimulasi yang intensif dari berbagai pihak, khususnya Ibu yang menjadi pondasi, pusat kemelekatan anak-anak di rumah.
Mungkin beberapa jalan berMain STrEAM tidak akan selalu mulus. Ada anak-anak yang terkadang tidak langsung menunjukan respon terbaiknya. Namun percayalah, respon anak yang semula biasa saja akan menjadi luar biasa apabila Ibu tulus dan sungguh-sungguh membawa misi STrEAM demi masa depan yang tangguh. Bukan dengan cara memaksa tapi mencontohkan dan menyampaikan dengan cara yang seru dan menarik.
Aku bukan dari latar belakang pendidikan sains. Apakah bisa?
Tidak ada yang terlambat, yang terlambat adalah ketika tidak mau mencoba sesuatu yang baik yang sudah jelas ada di depan mata.
Satu kata penyemangat yang menyulut Ibu, "Anak bertumbuh itu pasti, kalau bukan sekarang kapan lagi."
Apapun latar belakang pendidikan Ibu, baik dari latar belakang sains, atau sosial, STrEAM ini adalah sesuatu yang dapat dipelajari.
Ibu sibuk. Apakah bisa?
Komunitas Ibu Main STrEAM menjadi support system yang menguatkan Ibu dengan beragam ide-ide main tatkala Ibu sedang sibuk, mati gaya, atau kehabisan ide bermain.
KIMS sebagai support system juga berperan menghibur Ibu ketika lelah. Karena lelah ialah sesuatu yang manusiawi. Ibu boleh lelah asal tidak berlarut-larut. KIMS mengajak Ibu untuk bergandengan tangan, menguatkan antara satu dengan yang lain, memupuk semangat, memberi dukungan, mengupdate keilmuan terkini, dan memberikan ruang bagi Ibu untuk berkembang. Sesibuk apapun Ibu tidak ada alasan untuk tidak berhenti belajar. Demi siapa? Demi buah hati tercinta, demi masa depannya yang cemerlang.
Komunitas Ibu Main STrEAM. Coba dahulu, rasakan manfaatnya, dan bagikan semangat berMain STrEAM kepada keluarga dan para Ibu terdekat.